Sabtu, 13 Januari 2018

Bintang yang Ku Benci

12 Januari 2018

Tanggal diatas, mungkin merupakan tanggal biasa untuk beberapa orang, tak ada yang menarik sama sekali. Tapi ada juga yang pada tanggal itu mengalami hal yang tak bisa orang itu lupakan. Entah menyenangkan ataupun menyedihkan, atau bahkan membuatnya marah. Ya, salah satunya adalah aku.

Tepat pada tanggal tersebut, ada sepenggal cerita yang mungkin tak tuntas aku ceritakan disini. Pengalaman yang membuatku membenci diriku sendiri. Aku marah dengan aku dan entah sampai kpan aku bisa memaafkan diriku sendiri.

Aku, merupakan perempuan remaja menuju dewasa yang memiliki pengalaman tak mengenakkan tentang masa kecil. Mungkin lebih tepatnya memgenai kasih sayang. Entah kapan tepatnya aku paham apa artinya kasih sayang. Terlebih kasih sayang orangtua. Ketika kecil, yang aku tau hanyalah persoalan "membandingkan". Bukan perbandingan Matematika yang aku maksud. But, ahh you know what I mean lah yaa. Membandingkan satu dengan yang lain. Kira-kira seperti itu. Tapi aku tak pernah melawan apabila dibanding-bandingkan. Namun, aku terus memikirkan, apakan itu benar?  Apakah memang aku yang salah? Mengapa engkau tak percaya pada ku? Mengapa selalu dia? Hahhh masih banyak lagi pikiran-pikiran tak jelas serupa itu. Jatuhnya, saat ini, saat usia sekarang ini, aku menjadi perempuan yang mungkin lemah dimata orang-orang ayau teman-teman. Dapat dikata aku adalah orang yang tak pernah punya niat marah dengan orang lain. Apabila ada suatu kesalahan, entah itu kesalahanku atau dia, pastilah aku menyalahkan diri sendiri terlebih dahulu. Aku yakin itu salahku. Mungkin seperti itu.

Ketakutanku pada masa lalu tak ingin kulakukan. Mengerjakan sesuatu dengan sangat hati-hati, mungkin itu buruk, tapi bagaimana lagi? Kemudian, aku sangat sangat takut untuk menyakiti hati orang lain. Apalagi terhadap anak kecil. Ya. Karena masa lalu yang sempat aku rasakan saat aku kecil. Aku tak mau itu terjadi pada anak kecil lainnya. Tapi apaaa? Di tanggal di ataslah aku melakukan apa yang tidak aku sukai. Apa yang selama ini tidak aku inginkan. Yang selama ini aku takutkan. AKU MELAKUKANNYA. Dan kamu tau? Aku melakukannya terhadap ANAK KECIL. Dia merasakan jadi aku saat aku masih diusia mereka.

Sungguh, AKU MARAH dengan AKU. AKU BENCI dengan AKU. Entah kapan aku bisa memaafkan diriku sendiri. Ini menjadi trauma. Aku bahkan trauma melihat atau bahkan bersama dengan anak kecil. Aku butuh waktu menyendiri entah sampai kapan. Aku tak kuasa bertemu. Tak ada niat sama sekali untuk memperlakukan kamu (nak, Lina) seperti kejadian saat itu. Sungguh. Aku sungguh menyayangimu. Sayang. Sepenuh hati. Maafkan aku yang terlampau buruk untuk membimbingmu.

Aku mungkin bukan pengajar yang baik. Tak ada niat sama sekali untuk menjadi seorang guru. Aku adalah pengajar terburuk. Maafkan aku.

Minggu, 24 Desember 2017

Bahagiaku Kalian

24 Desember 2017

Akhir tahun ini, aku merasa aku lebih bermanfaat dan lebih bahagia dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Mungkin, nanti saat aku ceritakan apa yang terjadi, bagi kalian mungkin biasa saja. Pengalaman yang "hah, apasih alay". Ya tapi kembali ke diri masing2, karena ini aku mbandingin dengan aku pada tahun sebelumnya. Hehe

Dua atau tiga tahun yang lalu, aku pernah berinteraksi dengan anak didik TPA baru yang mengalami tunarungu. Yaaa cukup membuatku menangis, tapi tidak di depan mereka. Menangis ku adalah tangisan haru, bukan kesedihan. Mengapa? Karena dia berteman dengan teman yang cukup baru dengan bahagia. Aku bangga dengan anak-anak didikku yg sudah lebih dulu darinya. Mereka tidak saling merendahkan, tidak mengejek. Mereka berteman! Yang lebih membuatku terharu adalah MEREKA INGIN BELAJAR memahami anak baru itu. Sungguh, air mataku tak sanggup ku tahan.

Saat kuajari dia berwudhu, dia cukup cepat menangkap apa yang aku lakukan. Aku hanya berkata "yuk kita berwudhu" dan kemudian aku tersenyum. Kami berdiri pada kran yang berbeda. Aku berwudhu, dan dia menirukanku. Betapa bangganya aku. MasyaAllah😍

Akhir-akhir ini, aku diajak mengajar TPA pada lokasi yang berbeda. Dan aku pun dikejutkan lagi dengan seorang yang berkebutuhan khusus, yaitu tunagrahita. Sungguh, tantangan tersendiri bagiku. Cukup dini bagiku untuk melatihnya. Tapi inilah yanh harus kuhadapi. Awalnya aku menyerah, entah dengan cara apalagi agar dia memahami maksudku. Tapi ternyata aku sadar bahwa aku terlalu egois apabila pemikiranku seperti itu. Mengajarinya ngaji, penuh dengan kesabaran.

2-3 kali aku mengacu pada iqro', kemudia aku beralih pada tulisan. Ya, dia kuminta untuk menuliskan huruf-huruf hijjaiyah. Dan sedikit demi sedikit ia bisa. Aaaa😍😍 kenapa aku kembali bersemangat untuk mengajarinya? Karna apa? Dia berkata dengan terbata-bata bahwa ia mau ngaji. Serasa ditampar aku saat itu.

Terimakasih untuk hal yang selalu kalian ajarkan untukku. Love you 💞💞

Minggu, 15 Oktober 2017

Future

16 Oktober 2017

Zipzipzipzipp......
Haiii aku selalu berdoa tidak ada yang membaca post-post ku ini. Haha

Kali ini aku mau post cita-cita yang aku inginkan, dan alasannya. Oke langsung aja

Pertama aku masuk jurusan Psikologi yaaa tentu saja ingin mengetahui, lebih belajar lagi mengenai manusia. Bagaimana ini dan bagaimana itu. Banyaklah pokoknya. Tidak termasuk private problem yaa tapi. Hehe. Dulu, aku sering banget lihat orang dimarahin yang kurasa bukan murni kesalahan orang itu, kemudian juga sering lihat anak-anak dimarahin yang menurutku masih wajar anak nakal seperti itu, lalu kemudian di label 'nakal' itu menyakitkan. Kemudian lihat juga anak-anak yang dibiarkan seharian dengan gadget yang entah karena orangtuanya sibuk atau mungkin malah sengaja dibiarkan. Dan lain-lain yang ada di lingkungan yang luas ini. Dengan itu yaaa mau tau ilmunya bagaimana. Pengen banget rasanya memberi penyuluhan mengenai anak-anak bagaimana diperlakukan (kelak).

Oiyaa, aku tu seneng banget sama anak kecil. Bahagia rasanya lihat mereka tertawa. Apalagi lihat bahwa mereka yang mempunyai kekurangan itu dapat bermain, tertawa, dan belajar selayaknya anak normal. Entah ya datang dari mana. Dulu aku punya keinginan, kelak aku akan mendirikan semacam panti asuhan, kemudian ingin aku sekolahkan anak-anak itu dengan baik. Dan apabila ada tugas-tugas, inginku membimbing mereka.
Setelah itu, keinginan lainnya, ingin mendirikan rumah singgah atau sekolah gratis untuk anak-anak kurang mampu yang harus bekerja membantu orangtuanya. Menurutku, boleh-boleh saja anak dibawah umur dibiarkan membantu mencari uang apabila anak itu mau, tetapi, kewajiban untuk menggali ilmu itu mereka harus mendapatkannya juga. Agar apa? Agar mereka kelak bisa lebih sukses dari orangtua mereka, lebih hebat, dan tidak diperbudak oleh orang-orang yang menganggap remeh orang bawah. Anak-anak seperti itu haruslah dicaritahu potensinya. Kita tidak tahu apa yang dimiliki mereka. Bisa saja anak-anak itu ada seorang penemu hebat, seorang seniman, dan lain sebagainya.
Oh iya, panti asuhan. Akhri-akhir ini keinginanku memiliki sebuah panti asuhan diperkuat. Dengan apa? Dengan aku suatu ketika mendatangi panti asuhan yang ada di Jogja. Ya karna aku orang Jogja. Hehe. Nah ketika aku datang, anak-anak berlarian memnanggil "Mbak... Mbak..." senang sekali rasanya. Kemudian mereka mengajakku bermain sampai-sampai tidak mau aku bermain dengan temannya, dia menganggap "ini mbakku" kira-kira seperti itu. Penuh kesabaran hingga akhirnya dia mau membagi kasih sayangku untuk teman yang lain. Berlaku adil. Dan dia harus tau bahwa berbagi itu indah. Di panti itu, aku berpikir, anak-anak di sana tidak cukup banyak bermain. Kebanyakan dari mereka hanya di masukkan kedalam tempat tidur berpagar tinggi dan tidak banyak waktu bermain. Sehingga pada saat kami ijin pulang, mereka mengamuk tidak membolehkan kami pulang. Penenangan cukup lama akhirnya kami dapat pulang. Dengan adanya penguatan pengalaman seperti itu, aku ingin sekali memiliki panti yang mempunya kegiatan yang sesuai dengan masa-masa pertumbuhan dan perkembangan mereka, karna itu sangat penting bagiku.
Nah kalau ditanya uang darimana mau mendirikan bermacam-macam itu? Emang dikira murah dan gampang? Hahh??? Siapa yang menganggap itu semua murah dan gampang? Hahaha tentu, aku punya Allah yang Maha segalanya. SEDEKAH!  itu cara paling ampuh menurutku. Coba saja. Oh iya, selain itu, ku mau investasi kos-kos an dengan fasilitas mencukupi tetapi tetap terjangkau. Samaaaa dulu sempat terbesit ingin memiliki usaha ikan air tawar dan fotocopy-an. Hehe

Nah itu sedikit keinginanku kedepannya. Doakan ya yaaAllah... Social is everything to me

Rabu, 11 Oktober 2017

Hikmah

Hari demi hari kulewati
Bersama dengan kegelisahan
Yang tak kunjung pergi

Aku selalu berpikir
Dan terus terus berpikir
Tapi tak kunjung kutemukan jawabannya

Aku selalu bertanya
Entah siapa yang mendengarkanku
Bertanya dan selalu bertanya

Mengapa diwaktu yang sedikit ini
Kau kenalkan aku
Dengan sosok yang hanya
Sebentar mengisi hariku??
Hanya sebentar.
Dan kemudian Kau jauhkan ku darinya
Jauh.. Sangat jauh
Hingga tak sanggup lagi
Ku genggam tangannya
Tak sanggup lagi ku sibukkan waktu di harinya untukku
Mengapaaa??

Apa kau akan mengajarkanku
Tapi mengajarkan apa?
Adanya kehilangan?
Kehilangan yang bukan milikku?
Atau mengajarkan akan rasa sedih?
Rasa sedih yang tak pantas untuk ditangisi?
Atau mungkin mengajarkan akan keikhlasan?
Ikhlas yang musti sepenuh hati aku haturkan
Bahkan dalam kutipan ceritaMu ini
Aku akan belajar akan MERELAKAN
Merelakan apa yang tidak sepantasnya untukku

Aku tahu, Kau memang yang menyusun semua ini
Agar aku dapat belajar
Belajar artinya kehilangan, kesedihan, keikhlasan, bahkan merelakan
Terima kasihku untukMu
Yang MahaSegalanya

Minggu, 08 Oktober 2017

Past Experience

Hai dear..
Pingin cerita tentang tugas kuliah yang lalu. Waktu itu membuat sebuah makalah mengenai implementasi pendidikan islam. Kelompokan ber 3 dengan kawanku. Aku yakin mereka dapat berkontribusi banyak.

Aku ingat cerita tentang seseorang (ai) yang mengungkapkan bahwa ia pernah ikut mengajar di sebuah sekolah yang dirintis ayahnya dan berbasis islam. Kemudian tugas mengenai implementasi pendidikan islam pun muncul belum ada sebulan dari ai bercerita. Dengan spontan pemikiranku tertuju pada sekolah milik ayahnya tersebut. Yaaa sedikit-sedikit bisa mengetahui dari dia lah ya. Hehe pikirku. Aku bertanya sedikit demi sedikit karena ia tak selalu baik moodnya. Penuh kesabaran super. Hingga akhirnya ia memberikanku nomor ayahnya, dan aku diminta untuk langsung mewawancarai yang bersangkutan. Tapi aku berpikir bahwa hal itu tidak perlu dilakukan, karena memang tugas ini tidak terlalu berat. Hanya butuh sedikit berita mengenai sekolah teraebut saja. Pikirku. Jadilah aku mengambil informasi-informasi dari facebook sang ayah, karena saat itu ia berikan nomor sekaligus nama lengkap. Kucari facebook nya dan kemudian aku menemukannya. Ku scroll terus sampai akhirnya aku mendapat beberapa informasi terkait sekolah.

Setelah kudapat informasi tentang sekolah tersebut, aku langsung merancang informasi yang aku dapat di makalah dan menganalisis menggunakan pandangan pendidikan islam. Teman-teman dengan bagiannya masing-masing, ya walaupun hanya mencari definisi-definisi saja, tapi mereka telah mengumpulkan ke aku, sehingga makalah itu dapat kususun semuanya. Kucari materi-materi yang kurang lengkap karena memang teman-teman ada kesibukan lain yang menuntutku untuk lebih memahami pendidikan islam.

Selesailah sudah kususun dengan hati makalah tersebut. Kutunjukkan pada ai judul yang kuangkat dan aku berterimakasih penuh karena waktunya telah terbuang untukku. Ia membalas saat aku ada kelas. Dannn.... Ternyataaa diluar dugaan. Dia memarahiku, memojokiku, dan lain-lain. Dan pada saat itu aku membacanya saat mata kuliah berlangsung. Tak kuasa ku teteskan air mataku saat itu juga. Hingga kuucapkan padanya bahwa akan kuganti makalah yang kubuat ini. Ada benarnya dia marah, tapi sudah kujelaskan bahwa aku hanya mengambil dari informasi yang di publikasikan ayahnya, sehingga hal itu sudah menjadi sebuah berita yang boleh dipakai siapa saja yang membacanya. Tapi dia ngga mau tau. Pokoknya aku harus berbicara dengan ayahnya.
Kira-kira begini isi dari chat dia :
"lah malah ngasi keterangan palsu dong kalo gitu. Kalo abiku tau bisa tambah berabe"
"Mksdku tu klo km mau bikin laporan kyk gt harusny lgsg tanya sm yg bersangkutan. Jgn main2 klo masalah itu"
"Apa salahny sii dateng lgsg aja"
"Mndg km wawancara lgsg aja sm yg bersangkutan. Aku ngga mau ambil resiko"
"Maaf, bukanny mksd ngelarang. Cm aku takutny ntr klo ada masalah aja. Sok aja sii klo mau😊"
Dannn itu yang kata terakhir itu membuatku sangat sangat terpojokkan. Sindiran yang paling paling paling menyakitkan menurutku. Seakan-akan kamu menyuruhku untuk merasakan masalah yang akan menimpaku. Silahkan aja kalo kamu mau ada masalah yang dilanjutkan dengan emot senyum. Perih.

Karena aku ngga kuat dengan kesedihan itu, aku memaksakan diri untuk mengirim pesan Whatsapp ke ayahnya untuk meminta izin mengambil informasi dari media sosial pribadinya. Beliau megizinkan, bahkan beliau memberi jadwal kapan kami dapat bertemu. Jugaa, hal yang paling mengejutkan ketika pesan terakhir itu datang dengan kata-kata yang terselip pada chatnya "...... Mohon saya dipandu ya". Pikirku "hahhhh?! Maksudnya lo, anak semester 3 loh om".
Ada ketakutan pada diriku saat mengirim pesan ke ayahnya, takut salah berbicara. Karena menurutku beliau sosok yang istimewa, orang yang hebat. Dan aku tahu pasti beliau akan menanyakan darimana aku tau informasi tersebut, kemudian aku akan menjawab bahwa aku tau dari ai. Sehingga disitu aku mempunyai tanggungjawab kesopanan untuk tidak menjatuhkan nama ai.

Dann setelah dikumpulkan, aku mengira bakal dipresentasikan. Tapi ternyata tidak, karena mata kuliah tersebut menggunakan metode Team Teaching. Sehingga tidak begitu jelas kapan akan membahas tugas masing-masing tugas.
Ada kekecewaan yang mendalam ketika tau bahwa tidak dipresentasikan. Bagaimana aku mengerjakan dengan hati yang tulus dan penuh semangat cinta, sampai dini hari dan dilanjutkan setelah bangun tidur, kemudian setelah selesai dibuat down dan kemudian menangis. Ah betapa pengalaman itu berharga bagiku.

Dan kamu tau, setelah aku berkirim pesan dengan ayahnya, ai ingin sekali tau bagaimana percakapanku dengan sang ayah. Aku bilang pada intinya aku diizinkan. Tapi kemudian dia marah karena aku tidak memberitahu percakapan dengan ayahnya. Yaaa sedikit lucu ya😊😅 tapiii terimakasi ai atas bimbingannya😍😘

Minggu, 27 Agustus 2017

Aku yang akan Bahagia

Untukmu yang telah menorehkan keindahan

Kutulis pada lembaran baru
Dimana aku mendapatkan secarik pengalaman indah
Tiba-tiba kau datang
Ikut menulis indah di lembaran putih ku

Kubiarkan engkau mengukir lembar demi lembar
Hingga akhirnya.....
Kau tulis sebuah kata yang penuh dengan penekanan
Hingga aku merasakan sakit pada relung hati
Aku tak mau mengatakannya
Kau ukir lagi lembaran demi lembaran dengan gemulai
Masih dengan keindahan juga penekanan di skelibat kata
Rasa ini bercampur
Kadang sakit, kadang juga menarik
Sampai pada akhirnya dia benar-benar menusukkan pensil yg dipegangnya
Pada lembaran putih terakhirku

Untukmu yang telah ikut mengukir sejarahku 💞

Sabtu, 26 Agustus 2017

To Someone Person

Hai kamu😉 seseorang yang mampu membuat hati ini sedikit goyah. Aku kenal dengan mu tidak cukup lama. Kita jalani hari biasa-biasa saja. Ketika aku butuh, segera aku menelponnya, ketika aku hanya sendiri, dia bersedia menemani aku,hingga seseorang temanku datang.

Dua bulan kemudian

Aku hanya membuat story Whatsapp dengan memasang foto bersama kakak. Kemudian dia mngomentari foto itu. Aku hanya berpikir "hah tumben". Tapi chat itu terus berlanjut dengan asik. Entah mengapa dia selalu menggoda untuk masalah hati. Tapi aku tidak langsung menerima itu sebagai kenyataan. Tak ada sebesitpun pemikiran bahwa itu bukan guyonan. Aku hanya menganggapnya sebagai bercandaan. Kita asik-asik saja menjalani itu. Hingga akhirnya dia bercerita mengenai pengalaman percintaannya dengan seseorang yang lama ia dambakan namun tak kunjung dapat bersama. Di akhir cerita itu, dia sisipkan pernyataan bahwa ia telah memiliki sosok yang akan membersamainya kelak. Entah aku yang terlalu kritis dalam membaca sehingga aku dapat menebak siapa orang itu atau bagaimana aku juga tidak tahu. Dia hanya tertawa saat aku dapat menebaknya.

Tapi, setelah bercerita tentang itu, ia terus menggunakan emot-icon yang membuatku enjoy dalam obrolan. Hingga terkadang aku lupa bahwa dia telah memiliki sosok yg telah dijaganya. Tapi aku tidak ada niat sama sekali untuk mendapatkan hatinya. Dia telah memiliki seorang yang dijaganya, dan juga aku tidak begitu memikirkan tentang percintaan. Namun, aku berharap agar dia dapat menjadi sosok yang selalu dekat denganku, untuk saling berbagi, sebatas sahabat.

Kudoakan semoga engkau diberi kelancaran dalam kebersamaan. Kuikhlaskan engkau dengannya.

Love you 💞💞