Minggu, 08 Oktober 2017

Past Experience

Hai dear..
Pingin cerita tentang tugas kuliah yang lalu. Waktu itu membuat sebuah makalah mengenai implementasi pendidikan islam. Kelompokan ber 3 dengan kawanku. Aku yakin mereka dapat berkontribusi banyak.

Aku ingat cerita tentang seseorang (ai) yang mengungkapkan bahwa ia pernah ikut mengajar di sebuah sekolah yang dirintis ayahnya dan berbasis islam. Kemudian tugas mengenai implementasi pendidikan islam pun muncul belum ada sebulan dari ai bercerita. Dengan spontan pemikiranku tertuju pada sekolah milik ayahnya tersebut. Yaaa sedikit-sedikit bisa mengetahui dari dia lah ya. Hehe pikirku. Aku bertanya sedikit demi sedikit karena ia tak selalu baik moodnya. Penuh kesabaran super. Hingga akhirnya ia memberikanku nomor ayahnya, dan aku diminta untuk langsung mewawancarai yang bersangkutan. Tapi aku berpikir bahwa hal itu tidak perlu dilakukan, karena memang tugas ini tidak terlalu berat. Hanya butuh sedikit berita mengenai sekolah teraebut saja. Pikirku. Jadilah aku mengambil informasi-informasi dari facebook sang ayah, karena saat itu ia berikan nomor sekaligus nama lengkap. Kucari facebook nya dan kemudian aku menemukannya. Ku scroll terus sampai akhirnya aku mendapat beberapa informasi terkait sekolah.

Setelah kudapat informasi tentang sekolah tersebut, aku langsung merancang informasi yang aku dapat di makalah dan menganalisis menggunakan pandangan pendidikan islam. Teman-teman dengan bagiannya masing-masing, ya walaupun hanya mencari definisi-definisi saja, tapi mereka telah mengumpulkan ke aku, sehingga makalah itu dapat kususun semuanya. Kucari materi-materi yang kurang lengkap karena memang teman-teman ada kesibukan lain yang menuntutku untuk lebih memahami pendidikan islam.

Selesailah sudah kususun dengan hati makalah tersebut. Kutunjukkan pada ai judul yang kuangkat dan aku berterimakasih penuh karena waktunya telah terbuang untukku. Ia membalas saat aku ada kelas. Dannn.... Ternyataaa diluar dugaan. Dia memarahiku, memojokiku, dan lain-lain. Dan pada saat itu aku membacanya saat mata kuliah berlangsung. Tak kuasa ku teteskan air mataku saat itu juga. Hingga kuucapkan padanya bahwa akan kuganti makalah yang kubuat ini. Ada benarnya dia marah, tapi sudah kujelaskan bahwa aku hanya mengambil dari informasi yang di publikasikan ayahnya, sehingga hal itu sudah menjadi sebuah berita yang boleh dipakai siapa saja yang membacanya. Tapi dia ngga mau tau. Pokoknya aku harus berbicara dengan ayahnya.
Kira-kira begini isi dari chat dia :
"lah malah ngasi keterangan palsu dong kalo gitu. Kalo abiku tau bisa tambah berabe"
"Mksdku tu klo km mau bikin laporan kyk gt harusny lgsg tanya sm yg bersangkutan. Jgn main2 klo masalah itu"
"Apa salahny sii dateng lgsg aja"
"Mndg km wawancara lgsg aja sm yg bersangkutan. Aku ngga mau ambil resiko"
"Maaf, bukanny mksd ngelarang. Cm aku takutny ntr klo ada masalah aja. Sok aja sii klo mau😊"
Dannn itu yang kata terakhir itu membuatku sangat sangat terpojokkan. Sindiran yang paling paling paling menyakitkan menurutku. Seakan-akan kamu menyuruhku untuk merasakan masalah yang akan menimpaku. Silahkan aja kalo kamu mau ada masalah yang dilanjutkan dengan emot senyum. Perih.

Karena aku ngga kuat dengan kesedihan itu, aku memaksakan diri untuk mengirim pesan Whatsapp ke ayahnya untuk meminta izin mengambil informasi dari media sosial pribadinya. Beliau megizinkan, bahkan beliau memberi jadwal kapan kami dapat bertemu. Jugaa, hal yang paling mengejutkan ketika pesan terakhir itu datang dengan kata-kata yang terselip pada chatnya "...... Mohon saya dipandu ya". Pikirku "hahhhh?! Maksudnya lo, anak semester 3 loh om".
Ada ketakutan pada diriku saat mengirim pesan ke ayahnya, takut salah berbicara. Karena menurutku beliau sosok yang istimewa, orang yang hebat. Dan aku tahu pasti beliau akan menanyakan darimana aku tau informasi tersebut, kemudian aku akan menjawab bahwa aku tau dari ai. Sehingga disitu aku mempunyai tanggungjawab kesopanan untuk tidak menjatuhkan nama ai.

Dann setelah dikumpulkan, aku mengira bakal dipresentasikan. Tapi ternyata tidak, karena mata kuliah tersebut menggunakan metode Team Teaching. Sehingga tidak begitu jelas kapan akan membahas tugas masing-masing tugas.
Ada kekecewaan yang mendalam ketika tau bahwa tidak dipresentasikan. Bagaimana aku mengerjakan dengan hati yang tulus dan penuh semangat cinta, sampai dini hari dan dilanjutkan setelah bangun tidur, kemudian setelah selesai dibuat down dan kemudian menangis. Ah betapa pengalaman itu berharga bagiku.

Dan kamu tau, setelah aku berkirim pesan dengan ayahnya, ai ingin sekali tau bagaimana percakapanku dengan sang ayah. Aku bilang pada intinya aku diizinkan. Tapi kemudian dia marah karena aku tidak memberitahu percakapan dengan ayahnya. Yaaa sedikit lucu ya😊😅 tapiii terimakasi ai atas bimbingannya😍😘

Tidak ada komentar:

Posting Komentar