Sabtu, 18 Maret 2017

Kampung Hitam

Kampung.
Apa sih yang ada di pikiranmu ketika mendengar istilah "Kampung"?
- Berdekatan
- Norak
- Nakal
- Miskin
- Kumal
- Dll

Yaa. Dari beberapa pernyataan itu nampaknya benar terjadi di dalam istilah "Kampung" itu. Kenapa aku bisa berkata seperti itu? Ya, karena aku tinggal di sebuah kampung, yang berada di tengah kota. Jangan salah, walaupun di tengah Kota, tapi kurasa pernyataan-pernyataan itu tetap ada benarnya. Aku akan menceritakan kampungku. bukan bermaksud menjelekkan atau apalah yang berbau tidak suka. Karena kenyataannya aku masih ada di kampung tengah kota ini. 

Aku dari lahir tinggal di tanah eyang yang sudah dibangun sebuah istana kecil oleh bapak. Aku dan kakakku tinggal disini dengan enjoy, atau lebih tepatnya "menghiraukan" keadaan. Kampungku memiliki dua buah masjid di kanmpung, dan 1 masjid kampung sebelah yang jaraknya tidak jauh juga, kemudian ada satu mushola. Ada dua pesantren, yang satu merupakan Rumah Tahfidz Putra. Kalian menganggap kampung islami? But, I don't Think about that. Di kampungku, ada sebuah TK dan SD dengan nama kampung, dan di pinggiran kampung, berdiri dua buah bangunan pendidikan, yaitu SMA 8 dan SMK 5 Yogyakarta. Di kampungku juga, ada banyak keluarga yang mencari nafkah dengan berjualan soto atau sate. Yaa bisa dibilang "ladang" nya tukang soto dan sate.

Benar, jarak antar rumah kami dengan tetangga-tetangga berdekatan. Komunikasi antar tetangga pun baik, dan dekat juga. Namun, tetap. Adanya ragam individu berbeda-beda sifat, sikap, dsb. Kalau berbicara tentang norak, menurutku gak semua anak kampung itu norak. Jika sudah beranjak dewasa, masing-masing dari mereka sudah mempunyai style  dari lingkungan yang lain. Nakal? Akan ku ceritakan nanti. Miskin atau ekonomi menengah kebawah. I think so. Kebanyakan keluarga di kampung aku, yaa ekonomi menengah kebawah. Walaupun ada beberapa keluarga yang menengah keatas.

Ah.. langsung aja ya. Disini aku mau cerita. Entahlah, mungkin aku sudah benar-benar bingung menyikapi hal seperti ini. Apa ituu?? Jengjengjeng.... HLN or MBA. You know what i mean lahh. Merried by Accident. Kalian tahu, seberapa banyak? Bwuanyakkkkkkkk bangeutttt dah. Entahlah apa alasan mereka melakukan hal seperti itu. Serasa hal itu tu merupakan hal biasa di kampungku. Kalian tahu? Bahkan ada yang baru lulus SD. Dulu aku mengenalnya karena dia merupakan teman SD sahabatku. Sampai suatu saat dia dipindahkan ke pondok, karena gak nurut sama neneknya. Aku gak tau juga pondok apa yang dimaksud, atau sekadar dipindahkan dari rumah. Belum ada setahun, dia dikabarkan hamil. Banyangkan! Baru saja lulus SD. Kemudian dia dipulangkan ke kampung, tapi dia keguguran, karena rahimnya belum kuat. Yahhh secaraaa, masih bocah. Belum kapok dengan hal tersebut, beberapa tahun kemudian dia dikabarkan melahirkan seorang anak perempuan. Dan denger dari tetangganya sekitar situ (kebetulan rumahnya dia agak turun gitu) bahwa dia udah keguguran 2x sebelum melahirkan anak yang perempuan ini, kejadian itu terjadi pada saat kira-kira kami kelas 1 atau 2 SMA. Lucu aja gitu. Saat Ramadhan tahun lalu, kami (aku dan sahabatku) sedang sibuk melatih anak-anak takbiran, dan dia melihat latihan sembari menyuapi anaknya. serasa ada perbedaan usia yang jauh antara kami. Itu baru 1 orang yaa.

Aku mau menceritakan hal yang sama dengan orang yang berbeda. Dia merupakan tetangga yang juga adek kelas sahabatku di SMK. Sekarang dia (kelas 3 SMK) telah melahirkan seorang anak perempuan nan lucu. Bayi itu ada karena "kecelakaan" juga. Tapi, berbeda dengan yang aku ceritakan pertama tadi yang menutup-nutupi saat hamil. Yang ini, dia mengumbarnya di sosmed facebook. Meng-upload foto perutnya tanpa penutup apa-apa, dengan wajah bahagia. Kemudian berfoto mesra dengan suaminya. Melihat mereka tersenyum, yaa sudah baik, Alhamdulillah tidak diaborsi. Tapi, melihat bahwa mereka bertato, jadi membuatku berpikir "semoga kalian dapat mendidik anakmu yang lucu ini dengan baik". 

Tidak hanya tu. Bahkan ada yang terlihat wajah polos, tapi siapa sangka, orang itu juga melakukan hal tersebut. Berapa? Banyakk.

Miris memang melihat kenyataan di kampungku ini. Selalu berdoa supaya tidak terjadi kepadaku, saudara, sahabat. Istiqomah di jalanNya. Meneguhkan hati, menguatkan iman, selalu mendekatkan diri pada Sang Penguasa alam ini. Bedoa selaluuu. Semakin bertambahnya tahun, semakin "menjadi", anak jaman sekarang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar